Ibu dulu aku pernah sendiri bertanya dalam gelap... apa beda sebutir air dalam daun dengan sebutir debu di dinding kusam? Dulu, tiada yang bisa memberi jawabnya. Apa bedanya? Tak ada. Sama sekali tak ada bedanya... keduanya sama-sama keniscayaan kekuasaan-Nya. Keduanya sama-sama men-sucikan, meski hakekat dan fisiknya jelas berbeda.
Ibu, dulu aku pernah sendiri bertanya dalam
sesak.... apa bedanya tau dan tidak tau? Apa bedanya mengenal dengan tidak
mengenal? Apa bedanya ada dan tiada? Apa bedanya sekarang dan kemarin, satu jam
yang lalu, satu menit yang lalu, satu detik yang lalu? Dulu tiada yang bisa
memberi jawabnya. Hari ini aku juga tetap tidak tau, tetap tidak tahu begitu
banyak potongan pertanyaan. Tapi tak mengapa. Setidaknya tetap bisa melihat,
mendengar, dan terus berfikir. Ada banyak yang tidak lagi. Tepatnya membutakan
diri. Menulikan kepala. Atau membebalkan hati...
Ibu, sudah lama aku ingin merasakan kekuatan
itu.. tadi pagi kekuatan itu kembali. Kembali begitu saja setelah bertahun-tahun
pergi dengan segala kesedihan. Begitu menghentak, begitu mengejutkan, membasahi
seluruh tubuh, merasuk dalam segenap aliran darah. Aku bisa merasakannya lagi.
Bisa berfikir, kekuatan itu kembali lagi ibu.
Ibu perasaanku seperti ada seribu jarum
akupuntur menusuk tubuh, benar benar membuat sesak. Seandainya kau ada disini
untuk tahu dan melihat sendiri perasaan seperti itu!
Ibu rasa nyaman selalu mebuat orang-orang
sulit berubah. Celakanya, kami terkadang tidak sadar kalau kami sudah terjebak
rasa nyaman itu... padahal diluar sana, ditengah hujan deras, petir, guntur,
janji kehidupan yang lebih baik barang kali sudah menanti. Kami justru behenti
dan bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tapias dimana mana, merasa
nyaman, selalu mencari alasan berkata tidak untuk perubahan itu.
Ibu, rasa takut juga sering kali mebuat orang
sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau semua yang kami
takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi... kami hanya gentar
oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka lantas
menguntai kekuatan itu, bahkan kami sendiri tega menciptakan rasa takut itu,
menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah ataupun bergerak.
Ibu semua urusan ini belum sedikitpun
terlihat ujung terangnya... kalimat itu benar sekali, jika ingin menyembuhkan
bisul, pecahkan saja sekalian! Sakit memang. Tapi cepat atau lambat bisul itu
juga tetap akan pecah... berfikir terlalu panjang, berhitung terlalu rumit!
Padahal setelah bisulnya pecah malah berseru lega. Benar benar omong kosong
menyedihkan manusia yang setiap hari justru sombong atas kehebatan otaknya.
Ibu bagi musafir setelah melakukan perjalanan
jauh melelahkan, penuh sakit, sendiri, dan sesak, sebuah pemberhentian kecil
selalu menjadi oase sejuk pelepas dahaga.... setelah keseharian yang penat,
rutinitas yang menjemukan, sebuah kabar gembira kecil selalu menjadi selingan
yang menyenangkan... juga setelah semua penderitaan, semua rasa putus asa
melewati lorong panjang nan gelap, sebuah titik cahaya, sekecil apapun
nyalanya, selalu menjadi kabar baik. Janji-janji perubahan...
Padahal itu selalu terjadi pada kami.
Pemberhentian kecil. Kabar gembira. Titik cahaya. Setiap hari kamu menemuinya.
Masalahnya kami selalu lalai mengenalinya, kecuali itu benar-benar sebuah
kejadian yang luar biasa... atau jangan-jangan kami terlalu bebal untuk
menyadarinya, mengetahui pernah-pernik kehidupan yang selalu di penuhi janji perubahan...
ibu kami juga lalai untuk mengerti, terkadang
setelah pemberhentian kecil menyenangkan itu, justru jalanan menikung, penuh
jurang dan onak telah siap menunggu. Terkadang setelah selingan yang
menyenangkan itu, beban dan rutinitas menjemukan semakin menyebalkan. Terkadang
setelah titik cahaya kecil itu, gelap-gulita sempurna siap mengungkung ...
membuat semuanya semakin terasa sesak, sakit, dan penuh putus asa.
Tapi tidak mengapa Ibu... setidaknya hari
ini, pagi ini, biarkanlah kami bergembira atas kabar baik ini. Andai saja
sampai saat ini kau masih disini ibu, berdiri tersenyum melihat putrinya
berhasil melepaskan diri dari kehidupan nan kelam itu.
0 komentar:
Posting Komentar